Selasa, 03 Mei 2016

ANTARA KEWAJIBAN DAN GAYA HIDUP

Menjadi seorang wanita adalah anugerah. Allah karuniakan ia dengan berbagai keutamaan yang tidak dimiliki oleh kaum pria. Terlebih, ketika seorang wanita takluk pada syariat, alangkah mulia dirinya. Maka, pintu surga terbuka menyambutnya.
Dewasa ini, berbusana muslimah tidaklah sulit. Kita tidak perlu mengulang pengalaman pahit tahun �80 an ketika beberapa muslimah berhijab kehilangan pekerjaan, kesempatan dan dikucilkan dari pergaulan. Karena sekarang, muslimah Indonesia telah menikmati nyamannya berhijab syar�i dari perjuangan para wanita muslim sebelumnya.
Dahulu, masyarakat cukup anti dengan selembar kain yang dihampar menutupi rambut wanita. Kain tersebut cukup jadi barang bukti untuk ditolak dari lingkungan pergaulan. Padahal, selembar kain yang diremehkan tersebut adalah bukti identitas seorang muslimah. Bukan bahan kainnya yang jadi soal, tetapi fungsi dan hakikatnya.
Waktu bergulir begitu cepat, memusnahkan semua paradigma kuno termasuk pandangan miring terhadap selembar kain tersebut. Mulanya minoritas, kini berduyun-duyun kita jumpai para wanita menutup kepala dengan aneka kain yang indah. Setiap muslimah benar-benar sampai pada zaman kebebasannya dalam menutup aurat tubuhnya.
Terbukti, berpakaian syar�i bukan halangan berprestasi. Hijab bukan lagi kendala dalam membangun karier. Posisi-posisi penting baik dalam sektor pemerintahan maupun swasta diduduki oleh wanita-wanita berhijab. Maka, tinggal si wanita saja, bersedia atau tidak memenuhi kewajiban berkerudung sebagai seorang muslimah.
Kata �jilbab� tidak perlu lagi dipermasalahkan. Dalam artian, sungkan untuk dibicarakan. Bahkan jilbab muncul dalam kata yang lebih populer, yakni hijab. Terlepas dari pertentangan antara makna jilbab dan hijab di luar sana, masyarakat makin akrab dengan dua kata tersebut. Pada intinya, masyarakat telah mampu menerima keberadaan pakaian muslimah dan penggunanya.
Jilbab memang dimaknai sebagai kewajiban. Namun, kini makna pakaian muslimah tersebut mengalami pergeseran. Dari kewajiban menjadi kebutuhan. Dari kebutuhan menjadi hanya sekadar keinginan. Dari keinginan yang ditangkap tersebut, jadilah peluang bisnis. Setidaknya itulah gambaran transformasi sederhananya.


Ya, ketika sudah memasuki industri bisnis, mengalami marketisasi, pakaian muslimah mendadak nge�trend� di kalangan wanita. Para pebisnis yang melek kondisi pasti pandai memanfaatkan momentum ini. Jadilah selembar kain yang merupakan identitas muslimah tersebut dimaknai berbeda. Meski tidak sedikit yang masih menganggapnya sakral, banyak pula yang memaknainya sekadar hiasan atau busana biasa yang sedang booming.
Para pebisnis dan pedagang kain kebanjiran orderan akan hijab tersebut. Para desainer juga tak mau kalah unjuk gigi. Maka bertebaranlah hijab aneka model, brand dan macamnya. Dari harga yang nyaman di kantong pelajar hingga harga yang bikin dompet dan ATM terkuras.
Saat ini, online shop bertemakan hijab baik karya desain se

Tidak ada komentar:

Posting Komentar